Kamis, 19 Februari 2009

BADEN POWELL

Lord Robert Stephenson Smith Baden Powell Of Gilwell, lahir di London bukanlah seorang keturunan bangsawan. Beliau di angkat menjadi Lord, karena jasanya dalam Kepanduan. Beliau adalah cucu dari Robert stephenson, seorang engenieur yang menemukan Lokomotip.

Pada usia enam tahun ayahnya meninggal dunia, sehingga beliau diasuh hanya oleh ibu dan kakaknya. Mereka enam bersaudara, lima laki-laki dan satu perempuan. Kakaknya yang tertua Warrington telah mengajar mereka menjadi anak laki-laki pemberani. “Seorang anank laki-laki harus sehat dan kuat” kata Warrington “karena itu anak laki-laki harus menyukai olahraga, dan olahraga yang paling murah adalah berenang di sungai”.

Permainan yang mereka lakukan memang hal-hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain, semua direncanakan oleh warrington, misalnya berlayar disungai thames, naik gunung atau berburu kelinci di padang rumput atau sekali-kali tidur di tepi hutan memakai tenda.

Ibu Baden Powell memang sangat sayang pada anak-anaknya. Ia selalu memperhatikan mereka dengan seksama dan penuh tanggung jawab. Tetapi rasa sayang kepada anak-anak tidak untuk membuat mereka manja dan penakut. Harapan ibu baden powell memang bukan harapan hampa. Anak-anak tumbuh dengan kepribadian yang menarik. Tak pernah diantaranya mereka yang mengecewakan ibunya. Mereka hidup rukun sesama saudara dan kawan-kawannya. Disekolahpun mereka menunjukkan kebaikan-kebaikan yang menonjol, mereka tidak pernah tinggal kelas. Bahkan didalam beberapa hal mereka menunjukkan beberapa kelebihan. Terutama Stehepen (nama kecil Lord Baden Powell), yang mempunyai kelebihan dalam kesenian. Ia dapat menyanyi dengan baik dan bermain sandiwara. Yang paling mengagumkan adalah, ia dapat menggambar dengan tangan kiri dengan tangan kanan dengan sama baiknya.

“Stephenson memang bocah luar biasa,” kata gurunya.” Mungkin kelak akan jadi pelukis yang ternama. Atau akan menjadi seorang pelukis besar.”

Tapi ternyata dugaan gurunya tidak benar seluruhnya, sebab Stephen sendiri hanya mempunyai cita-cita sederhana sekali. “ saya hanya ingin menjadi manusia yang berguna,” kata Stephen pada ibunya. “ Paling sedikit berguna bagi hidup saya sendiri. Itu saja…….”.

Pada tahun 1870, Stephen berhasil menamatkan pelajaran disekolah permulaan dengan angka bagus. Ibunya sangat bangga, tidak sia-sia telah mengawasi dan  membiayainya. Dengan angka-angka itu Stephen mendapat bea siswa dari “ Charter House School” di London. Disekolah itu kawan-kawannya lebih senang memanggilnya dengan nama Baden Powell saja. Stephen amat bangga dengan nama itu.

“ Hanya satu hal yang harus dilakukan dengan nama ini adalah menjaganya baik-baik,” kata Stephen.

Baden Powell terkenal sebagai pelajar yang serba bisa. Guru-gurunya heran pada kemampuannya yang demikian banyak ragamnya. Terutama pada kesehatannya yang sangat sempurna, karena itu selalu menonjol dalam bidang olah raga namun ia tidak senang pada pujian ataupun menonjolkan diri.Ia juga pandai mengarang dan main sandiwara, mengatur dekorasi, pemain dan mengatur musiknya pula. Salah satu cerita karangannya yang sering dipentaskan adalah “ Perompak Budiman, ia sangat menyukai bajak laut dengan petualangan di tengah laut. Itu yang menyebabkannya menulis “ Perompak Budiman “ si bajak laut yang baik hati. Setiap anak Inggeris senang pada laut, tetapi kecintaan Baden Powell pada laut lebih besar lagi. Itulah Baden Powell yang selalu dikagumi kawan-kawannya.

Tamat pada Charter House School, Baden Powell tidak melanjutkan pelajarannya keperguruan tinggi sebagaimana yang dilakukan saudara-saudaranya yang lain. Ia memilih sekolah militer Sandhurst, tampaknya bidang militer tempat yang cocok baginya, karena dengan

masuk militer, merupakan jembatan yang memungkinkan ia dapat mengelilingi dunia.

Apa yang diharapkan Baden Powell tampaknya mulai terlaksana, sebab ketika ia telah selesai menamatkan pendidikannya tugas baru telah menantinya.

Tanggal 30 Oktober 1876 Baden Powell berangkat tugas ke India sebagai “ Resimen ke XIII” pasukan berkuda yang selama ini memperkuat kekuasaan Inggeris disana, dan tiba di India pada tanggal 6 Desmber 1876.

Kehidupan pasukan Inggeris disana harus penuh dengan ketabahan jauh dari keluarga dengan keadaan serna keras, hampir-hampir membuat banya serdadu sinting. Tapi tidak demikian halnya dengan Baden Powell, ia dapat bergaul dengan orang-orang India, bahkan sering menyusuri perkampungan mereka,menjadi tamu mereka dan tak jarang makan bersama. Yang penting ia tak pernah melanggar disiplin militer. Bahkan sering mendapat penghargaan dari atasannya atas segala kemampuannya. Bawahannya selalu hormat padanya, meskipun sebenarnya Baden Powell selalu keras dan tegas pada mereka, tanpa pernah kehilangan rasa humor untuk menghibur mereka. Sifat kepemimpinan Baden Powell tampak menonjol. Ia akan selalu memaafkan siapa yang bersalah tetapidengan jujur mengakui kesalahannya. Bahkan ia pernah membuktikan kemampuannya ketika berhasil memperoleh piala Pigsticking yaitu semacam olahraga memburu babi hutan yang merupakan olah raga khas India.

Pada tahun 1880 Baden Powell dikirim ke Afganistan , sebuah wilayah Inggris yang berbatasan dengan India. Tahun 1884 dikirim ke Afrika Selatan untuk meninjau medan pertempurandengan Bangsa Boer , tahun 1887 Baden Powell dikirim kembali kesana bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh pamannya Sir Henry Smyth diwilayah bernama Zulu . pada tahun 1889 Baden Powell ditempatkan di Matlax memimpin pasukan darat dan laut.

Tahun 1893 ia kembali ke Inggris tapi pada tahun 1896 secara mendaadak ia harus segera di Afrika Barat mengadakan penyelidikan di wilayah Ashanti.

Disana ia bertemu dengan pemimpin bangsa Ashanti dan mempelajari adat kebiasaan suku bangsa ini. Ia juga mengajarkan beberapa hal yang penting dan bagi mereka , baik tentang kehidupan yang layak , kesehatan dan budi pekerti . ditempat itulah ia mulai menemukan dasar-dasar kepanduan (Gerakan yang mengutamakan kebajikan ) . dari mereka ia mempelajari cara membunyikan genderang . ternyata genderang unik juga , bisa untuk menyampaikan kabar , entah perintah entah larangan.

Di Ashanti, Baden Powell sangat dikenal dikalangan penduduk karena keterampilan dan kecekatannya , dan penduduk menjulukinya sebagai “Impeesa” atau serigala yang tak pernah tidur , karena Baden Powell selalu dalam keadaan sedia setiap saat ,”bersiap-siaplah selalu”kata Baden Powell yang kemudian menjadi “semboyan pandu”

Pada tahun 1896 Baden Powell dikirim kembali ke Afrika Selatan ke daerah Bechuana, mengusir serbuan suku Matabele .

Tahun 1897 Baden Powell kembali bertugas di India , ia sangat senang karena dapat bertemu kembali dengan sahabatnya. Tapi pada Bulan September 1899, ia mendapat surat perintah kembali ke afrika selatan , karena tenaga dan pemikirannya sangat diperlukan untuk membina dan memimpin pasukan penjelajah.

Disana Baden Powell mulai mengatur rencana penyerbuan untuk menduduki kota Mafeking , karena siapa berhasil menduduki Mafeking , maka dialah yang akan berkuasa penuh di Afrika Selatan .Setelah berhasil menduduki Mafeking , Baden Powell dan pasukannya berjuang mati-matian untukmempertahankannya , sampai akhirnya  bantuan yang diharapkan datang.peristiwa itu disebut “Pengepungan kota Mafeking” Dan Baden Powell berhasil memimpin anak buahnya dengan gemilang . setelah ia pulang kembali ke Inggris , ia mendapat sambutan hangat dan dianggap pahlawan .

Tapi Baden Powell sendiri  tidak senang kalau dirinya menjadi pembicaraan orang .

“Sebab yang kulakukan tidak begitu istimewa” ujar Baden Powell “ aku rasa orang lainpun dapat juga mengerjakan nya”.

“itu benar” sahut Sahabatnya “ tapi ingatlah ,yang patut dihargai adalah orang orang yang berbuat pertama . Dan engkau sendiri telah melakukannya yang pertama, engkau telah menemukan cara memandu (menunjukkan jalan) yang paling baik. Itulah yang menyebabkan kemenangan-kemenangan kita di Afrika”.

Baden Powell merasa apa yang diucapkan sahabatnya tersebut mengkin benar . sehingga ia mendapat ilham untuk menulis buku tentang cara memandu. Ia segera mengumpulkan pengalaman-pengalamannya selama bertugas di India dan Afrika . ia menulis bagaimana caranya mengintai musuh , menyeberangi sungai dalam keadaan daruat , juga memberi penerangan bagaimana caranya menolong orang yang ditimpa kecelakaan dan banyak lagi hal yang berguna .

Tak lama kemudian buku yang ditulisnya terbit , judulnya “pedoman untuk Memandu” . buku tersebut secara tidak diduga mendapat sambutan hangat, tidak saja dari kalangan militer tapi juga pelajar, mahasiswa dan umum. Bahkan dibeberapa sekolah buku tersebut dijadikan bacaan anak laki-laki. Hidup untuk kebahagiaan  anak-anak.

Sejak berada kembali di Inggris, Baden Powell menyadari akan sesuatu “panggilan “ dari dasar hatinya . ia mengingat kembali pada buku catatan yang ditulisnya ketika ia masih berusia delapan tahun.

“Saya telah melihat anak-anak lain tidak pernah bergembira dan bahagia, pada saat saya sendiri bahagia dan gembira, saya ingin membuat mereka bergembira dan bahagia, hanya sayang saya tidak tahu bagaimana caranya untuk itu.” Dan sekarang Baden Powell tahu caranya, dia lalu segera berbuat sesuatu. Ia menyusun cara-cara suatu kolompok anak-anak yang bertugas menolong sesamanya tanpa pamrih. Itulah yang dikenal sebagai kepanduan.

Pada tahun 1907 ia menghimpun sejumlah anak-anak untuk diajak berkemah di Brownsea IsIand. Ternyata perkemahan kepanduan pertama ini terselenggara dengan baik. Anak-anak menyenangi hidup di aiam terbuka. Mereka dapat bertukar pengalaman. Mereka juga saling menghormati sesama kawan. Apa yang mereka lakukan tidak pernah menjadi beban mereka, dan dikerjakan secara gotongroyong tanpa rasa terpaksa. Keberhasilan menghimpun anak-anak di Brownsea IsIand, membuat Baden powell semakin bersemangat untuk membuktikan cita-citanya tentang kepanduan. Pada bulan Januari sampai bulan Maret 1908, selama dua minggu sekali ia menerbitkan tulisannya tentang kepanduan, tentang kewajiban seorang pandu dan berbagai hal yang diketahui oleh seorang pandu. Tulisan tersebut kemudian disusun kembali dan diterbitkan sebagai jilid buku dengan judul “Memandu untuk putra “. Buku tersebut diberi bergambar bagus-bagus hasil coretan Baden Powell sendiri, dan tersebar sangat luas.

Begitu buku ini muncul, kelompok kepanduan muncul. Dimana-mana, juga di luar Inggris.

Pada tahun 1909, Baden Powell muncul pada pertemuan di Crystal Palace London sebagai tamu kehormatan, dimana ia menyaksikan belasan ribu anak-anak pandu putra berbaris dengan rapi. Dan sejak itu perkembangan kepanduan berkembang dengan pesat. Baden Powell masih belum puas, karena gerakan kepanduan ini belum sempurna sekali jika anak perempuan belum diikutsertakan.Bersama Agnes adik   perempuannya, Baden Powell membentuk kepanduan untuk anak perempuan. Kepanduan untuk anak laki-laki disebut “Boys scout” sedangkan untuk anak perempuan disebut “Girls Guides”. Kedua gerakan ini mendapat perhatian besar tokoh-tokoh pendidikan, orang tua dan tokoh pemerintahan. Raja Edwar VII sendiri menilai gerakan kepanduan ini sebagai sesuatu yang harus "dipelihara" dan "dikembangkan".

Pendidikan kepanduan bukan saja dapat membuat anak-anak menjadi gembira dan bahagia, tetapi juga dapat membuat mereka mengetahui kewajiban-kewajiban sebagai warga negara yang baik.                                                    

HARI-HARI TERAKHIR DI KETENANGAN ALAM. 

Pada tahun 1910 Baden Powell mengundurkan diri dari ketentaraan.. Pangkatnya yang terakhir adalah Letnan Jenderal. Selanjutnya ia mencurahkan kehidupannya untuk dunia kepanduan. Ialah dunia tempat  ia dapat mencurahkan seluruh tenaganya untuk mendidik anak-anak menjadi warga dunia yang utama.    

Pada tahun 1912 Baden Powell bertemu dengan Olave St. Clair Soames, seorang wanita sederhana dan penuh semangat. Mereka kemudian menikah pada tanggal 20 Oktober 1912. Dan dikaruniai seorang anak laki-laki dan dua anak perempuan. Yaitu Peter (1913), Heater (1915) dan Betty (1917). Bersama anak istrinya Baden Powell hidup berbahagia. Mereka sering mendapat  undangan dari kepanduan di luar Inggris. Mereka sering mengadakan perjalanan keluar negeri. Karena itu cita-cita Baden Powell untuk berkeliling dunia telah terlaksana.

Pada jamboree (pertemuan besar pandu sedunia) yang pertama diadakan di London 1920, berkumpullah pandu sedunia. Semua utusan menunjuk Baden Powell sebagai “Bapak pandu sedunia”.

Atas jasa-jasa dalam kepanduan, Raja George menganugrahkan gelar bangsawan yang lebih agung bagi Baden powell. Pada tahun 1929 namanya menjadi Lord Baden Powell of Gilwell. Akan tetapi para pandu tetap menyebutnya sebagai “B.P.” singkatan dari nama Baden Powell.

Ketika Baden Powell mencapai umur 80 tahun, kesehatannya mulai menurun, tepi semangatnya tetap tinggi. Dia berpesan sangat ingin melihat Afrika lagi. Bersama keluarga Baden Powell berangkat ke Afrika. Disebut tempat yang indah, tenang, nyaman dan tentram di Nyeri, Baden Powell mendirikan tempat tinggalnya bersama keluarga. Mereka hidup bahagia ditengah ketenangan alam yang tenteram.Apa yang diinginkan Baden Powell memang kesampaian, yaitu ingin mati di tempat yang tenang dan tenteram, pada tanggal 8 Januari 1941 ia meninggal dunia dengan penuh damai dalam hatinya. Tubuhnya terbaring di tengah kicau burung yang berloncatan dari dahan ke dahan, seakan-akan mengucapkan selamat jalan pada Baden Powell.

Ia kini telah tiada, tetapi benih kepanduan yang ditaburkannya telah tersebar keseluruh pelosok dunia.                             

 

 

2 komentar: